Bogor (BogorPost.com) – Matahari pagi menggantung malu-malu di atas langit Cibinong. Awan tipis melayang tenang di atas hamparan rumput hijau Stadion Pakansari. Di tengah hiruk-pikuk persiapan upacara peresmian monumen, berdirilah sebuah siluet kokoh: Helikopter Puma SA 330, kini abadi dalam wujud monumen — bukan sekadar logam, tapi simbol pengabdian, keteguhan, dan cinta tanah air.
Di antara para undangan yang berdiri tegap hari itu, tampak di sudut nan jauh di sana, ada sosok Puguh Kuswanto, Ketua Persatuan Putra Putri Angkatan Darat (PPPAD) Bogor Raya, mengenakan jas hitam dengan pin merah putih di dada kirinya. Ia menatap helikopter itu seperti menatap masa lalu: penuh kenangan, sejarah, mengenang jiwa para prajurit yang pernah terbang berjuang memjaga negara ini dengan baik, tanpa pamrih.
Di hari yang bersejarah itu, nampak Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto bersama Bupati Bogor Rudy Susmanto memimpin langsung peresmian Monumen Helikopter Puma SA 330 di jantung kota Bogor. Bukan tanpa makna, monumen ini dihadirkan sebagai bentuk penghormatan kepada alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Udara, yang selama puluhan tahun setia melayani misi-misi besar negeri ini dari pertempuran hingga penyelamatan bencana.
Puguh Kuswanto melangkah pelan mendekati tugu tersebut, jemarinya menggenggam sapu tangan peninggalan mendiang ayahnya, yang juga seorang tentara, pejuang dan pengabdi negara tercinta Indonesia. Ia tahu, monumen itu bukan hanya potongan sejarah militer, tapi juga representasi dari pengabdian yang mengalir dalam darah setiap anak TNI.
“Saya berdiri di sini bukan hanya sebagai ketua PPPAD, tapi sebagai anak dari sejarah panjang TNI. Monumen ini bukan hanya helikopter yang diparkir permanen. Ini adalah saksi hidup dari keberanian, pengorbanan, dan cinta yang tak pernah ditulis dalam buku pelajaran,” ucap Puguh lirih, namun tegas, kepada sejumlah awak media, yang menyapanya dalam diam bersahaja seribu makna.
Bagi Puguh, peresmian ini menjadi pengingat bahwa kekuatan pertahanan bangsa tidak hanya terletak pada senjata, tetapi juga pada jiwa mereka yang menjalankan misi dengan niat tulus untuk negeri. Helikopter Puma SA 330 telah menjadi sayap bagi TNI AU dalam menjalankan operasi tempur, kemanusiaan, hingga logistik, dari Sabang hingga Merauke.
Jenderal TNI Agus Subiyanto dalam pidatonya menyebut bahwa monumen ini akan menjadi “penanda abadi” atas jasa Helikopter Puma, sekaligus inspirasi bagi generasi muda untuk mengenal lebih dekat nilai perjuangan. “Helikopter ini telah menyentuh langit Indonesia, dan kini ia mendarat selamanya di Pakansari, untuk menyapa rakyat dan menginspirasi mereka,” ujar Panglima.
Sementara itu, Bupati Bogor Rudy Susmanto menyatakan monumen ini akan menjadi ikon baru Kabupaten Bogor yang menyatukan nilai edukasi, patriotisme, dan estetika ruang publik. “Kami ingin warga Bogor bangga memiliki simbol ini, sebagai pengingat bahwa kedamaian hari ini dibayar dengan pengorbanan para prajurit yang tidak pernah meminta dikenang,” tuturnya.
Di akhir acara, para tamu berdiri memberi penghormatan saat lagu Indonesia Raya mengalun pelan dari pengeras suara. Sebagian mata terlihat berkaca-kaca. Di sisi barat tugu, cahaya matahari mulai jatuh tepat di badan helikopter logam itu, menciptakan bayangan yang gagah, seolah mesin itu hendak terbang kembali.
Puguh Kuswanto berdiri tegap, memberi hormat. Dalam hati, ia berjanji bahwa PPPAD Bogor Raya akan terus menjaga nilai-nilai juang, membawanya ke ruang-ruang pendidikan, sosial, dan kemanusiaan. Ia tahu, tugas untuk menjaga warisan itu kini berada di pundaknya dan generasi sepertinya. “Kami tidak hanya pewaris nama besar para prajurit, tetapi juga pewaris tugas untuk terus mencintai negeri ini, dalam damai maupun dalam perjuangan,” ucapnya, sebelum meninggalkan area monumen dengan langkah mantap. (penulis Puguh Kuswanto/ketua PPPAD Bogor Raya)